" Kita tidak mungkin mengendalikan perubahan yang terjadi di sekeliling kita,
kita hanya mampu memperbaiki dan menyelaraskan diri atas perubahan yang terjadi di sekitar kita "
Sigmund Freud, psikolog, dalam teorinya tentang kepribadian manusia membagi 3 komponen pokok tentang kepribadian ; Id, Ego dan Superego. Ego, sisi pribadi yang terbentuk sejak seseorang merasakan pengalaman pertama dalam hidupnya. Pengalaman, perasaan dan pendidikan di masa kanak-kanak dan remaja, mengisi satu persatu lembaran citra diri. Sampai suatu masa, tampil sosok manusia yang menyatakan dirinya dewasa sebab dengan sadar ia telah menyadari ia telah memiliki citra diri.
Citra Diri terbentuk ketika kita memiliki gagasan tentang suatu aspek diri yang kita setujui. Sebagai contoh, " Saya tidak pandai matematika" atau " Saya tidak lebih baik dari kamu ", " Saya tidak tampan". Jika anda percaya dan menyetujui hal ini, secara sadar atau tanpa sadar, anda akan mulai menampakkan gagasan ini dalam tindak tanduk. Padahal mungkin saja tidak demikian dalam kenyataannya. Demikian pula sebaliknya, suatu gagasan yang datang dari luar tentang suatu aspek mampu menciptakan rasa percaya dan persetujuan anda maka gagasan ini mulai menenun tindak tanduk anda menjadi citra diri.
Citra diri yang terbentuk membentuk satu golongan semu dan membangun pertahanannya untuk melawan apabila terjadi satu golongan lain melakukan serangan atas gagasan tersebut. Ini dinamakan Harga Diri. Sedemikian alami dan otomatisnya ego ini menempatkan posisinya dalam diri seseorang sehingga tanpa sadar, orang tersebut menjalani kehidupannya hanya berlandaskan pengalaman ego.
Terlalu sering dalam perubahan sosial, harga diri dibanting habis-habisan hingga tak lagi ada harganya. Bukan sedikit timbul konflik oleh keadaan ini, dengan kosakata tersinggung, disepelekan, terhina dan masih banyak lagi kata yang dapat dijadikan sebagai istilah. Istilah tersebut akan dipakai untuk bertahan, menyerang dan berusaha memenangkan posisinya.
Negativitas ego ini sebenarnya dapat berubah menjadi suatu kesadaran yang pada hakikatnya bermuara kebahagiaan. Ego alami adn otomatis ini tak pernah sanggup bertahan menghadapi tekanan perubahan yang terjadi disekitarnya. Ego alami harus diuji dalam realitas kehidupan dengan terminasi logika untuk melakukan perubahan menuju kebahagiaan sebagai tujuan.
0 Komentar