SUBJEKTIVITAS EMOSI

Emosi dalam keseharian seringkali dimaknai dengan kemarahan. Tidak keliru, sebab sikap marah merupakan ekspresi dari gejolak perasaan seseorang. Perasaan senang, bahagia, dan jatuh cinta juga merupakan ekspresi yang sama akan terlihat pada raut wajah atau tindakan tetapi berbeda nilai cerapan pada ruang lingkupnya.  Emosi dan suasana hati tidak sama. Emosi adalah luapan perasaan yang terjadi dalam waktu yang singkat sifatnya sedangkan suasana hati dapat bertahan berjam-jam bahkan mungkin lebih

Emosi berkembang seiiring usia. Hal ini terjadi karena setiap orang berbeda dalam menanggapi setiap respon yang diterima. Seorang anak akan terbelalak saat orang tua memarahi atau membentaknya sehingga hal ini menjadi kesan yang membekas dalam dirinya sebagai ancaman.  Pada kesempatan yang berbeda apabila terjadi kembali kesan terancam maka respon yang sama akan nampak terlihat seperti mata terbelalak atau menangis. Dalam hal ini, jika ekspresi yang diperlihatkan tidak sama persis dengan pengalaman masa lalu seperti dimarahi dihadapan orang lain maka responnya bisa berbalik seperti menyerang balik sebagai aksi balasan. Respon ini disebut Disonansi Emosional.

Beberapa faktor yang dapat dijadikan acuan sebagai pencetus emosi adalah :

  • Kondisi Alam, faktor alam dapat dianggap cukup berpengaruh terhadap emosi. Suasana pegunungan atau pedesaan yang  tenang dan sejuk, cenderung  mengundang respon emosi yang positif  hingga seseorang dapat merasakan ketenangan dan kelegaan. Sebaliknya panas dan hiruk pikuk kegiatan dapat merangsang seeseorang untuk bertindak lebih agresif     
  • Gender, dibandingkan dengan pria, wanita lebih intens menunjukkan ekspresi emosi positif maupun negatif. Wanita lebih nyaman dan leluasa mengekspresikan emosinya sebab wanita lebih cerdas menangkap bahasa non-verbal dan paralinguistik jika dibandingkan dengan pria.  
  • Olah Raga dan Aktivitas Sosial, olah raga dapat disejajarkan dengan aktivitas sosial sebab olah raga kegiatannya banyak dilaksanakan di luar rumah. Salah satu upaya cepat untuk merubah suasana hati menjadi lebih positif adalah dengan berolah raga. Banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa kegiatan olah raga serupa dengan aktivitas sosial yang sifatnya fisik, informal dan keagamaan.
  • Kesehatan, faktor kesehatan adalah faktor yang rentan terhadap perubahan emosi dan suasana hati.  Seseorang yang menderita penyakit kronis lebih reaktif  dalam menrima respon yang ia terima. Kegelisahan, ketidakpastian harapan untuk dapat pulih kembali dapat menjadi pemicu disonansi emosional.  Rasa sakit pada tubuh dan kebosanan atas pantangan untuk mengkonsumsi berbagai jenis makanan, demikian pula dengan dosis obat-obatan yang harus dikonsumsi adalah bagian dari terpenjaranya tubuh untuk beraktivitas. 
  • Kepribadian,  faktor  kepribadian adalah aktor utama dari emosi. Kepribadian terbangun sejak balita dalam lingkungan keluarga. Masa kanak-kanak tempat bertumbuh, sekolah dan lingkungan adalah tempat pertama seseorang mulai membentuk kepribadian. Sebagai contoh, anak yang terlalu ketat dilindungi oleh orang tunya dapat mengalami kendala dalam mengambil keputusan dengan cepat.  Demikian pula dengan seorang anak yang kurang berinteraksi dengan alam  mengalami hambatan kesehatan di masa depan
Kecerdasan Emosi sangat di butuhkan sebagai regulasi.  Emosi dapat dikontrol melalui suatu proses dan strategi untuk mengekspresikan emosi.  Emosi dapat di atur sebab emosi bersumber pada sistem limbik otak, ketika sistem limbik otak stabil dan tidak  aktif maka seseorang dapat merasakan perasaan bahagia dan emosi positif lainnya.  Sistem limbik otak  rentan terhadap informasi negatif, dalam kondisi tertentu sistem limbik otak yang aktif dapat membuat seseorang pada kondisi Depresi



 

 

  




 

0 Komentar